PENILAIAN
DIRI DAN REFLEKSI DIRI DALAM KIMIA
Hampir semua siswa menerima penilaian
dari guru. Jika hal ini merupakan penilaian yang dilakukan secara serius, maka
guru memiliki keterbatasan diri dalam pemberian penilaian. Keterbatasan guru
yang disebutkan ini dimulai dengan melakukan sendiri, menilai sendiri, dan
merefleksi sendiri. Guru siap melakukan cara-cara baru yang lebih sistimatik
terhadap penilaian diri. Guru melakukan perbedaan diantara siswa yang akan
membuat relatif penampilan kemampuan dalam hidup guru. Tetapi guru dapat menawarkan
diri secara konsistensi dan kontinuitas terhadap penilaian diri. Guru memiliki
waktu untuk menginvestasi di kelas sehingga alat penilaian diri dapat menambah
lebih besar pengembalian investasi ini. Tujuan penilaian diri tidak dapat
membebaskan penilaian guru, tetapi melengkapi dan menambah usaha guru untuk
melakukan penilaian diri. Apabila pembelajaran sedang berlangsung, maka praktek
penilaian diri berfungsi sebagai pemberi suatu kerangka pemahaman diri bagi
guru dan siswa.
1.
DEFINISI
PENILAIAN DIRI
Penilaian diri merupakan suatu metode
penilaian yang memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil tanggung jawab
terhadap belajar mereka sendiri. Mereka diberi kesempatan untuk menilai
pekerjaan dan kemampuan mereka sesuai dengan pengalaman yang mereka
rasakan.Reys, Suydam, linguist, & Smith (1998) mengatakan bahwa siswa
merupakan penilai yang baik (the best assessor) terhadap perasaan dan pekerjaan
mereka sendiri. Oleh karena itu, guru dapat memulai proses penilaian diri
dengan kesempatan siswa untuk melakukan validasi pemikiran mereka sendiri atau
jawaban-jawaban hasil pekerjaan mereka.
Siswa perlu memeriksa pekerjaan mereka
dan memikirkan tentang apa yang terbaik untuk dilakukan dan area mana
mereka perlu dibantu. Untuk menuntun siswa dalam memahami proses penilaian
diri, guru perlu melengkapi mereka dengan
lembaran self-assessment.Penilaian diri dapat menumbuhkan rasa percaya
diri dan tanggung jawab pada diri siswa karena penilai yang tahu persis tentang
diri siswa adalah siswa sendiri dan siswa menjadi penilai yang terbaik atas
hasil pekerjaannya sendiri.
Selama ini penilaian keberhasilan siswa
dalam proses pembelajaran pada umumnya dilakukan oleh guru, sedangkan siswa
menjadi obyek penilaian. Sehingga informasi yang diperoleh belum menunjukkan
gambaran yang sesungguhnya tentang siswa. Sebagai contoh, seorang guru memberi
nilai rendah pada siswanya yang suka mengganggu temannya pada saat guru
mengajar. Disini guru memberikan keputusan bukan berdasarkan kemampuan siswa
itu sendiri, tetapi hanya berdasarkan perilaku siswa yang dilihat guru secara
kasat mata saja, padahal guru belum mengetahui secara jelas apa atau mengapa
siswa tersebut menggangu temannya.
2.
CIRI
PENILAIAN DIRI
·
Termotivasi sendiri: Adanya komitmen
kepala sekolah: Bila PDK dipersepsi sebagai bagian dari perencanaan sekolah,
maka pimpinan sekolah, staf dan guru-guru serta siswa akan sungguh-sungguh
melaksanakan PDK. Sebaliknya, bila pimpinan sekolah tidak meyakini manfaat PDK,
mustahil kegiatan PDK akan berjalan dengan baik.
·
Tersosialisasi dengan baik: Pentingnya
penyelenggaraan PDK harus diyakini oleh semua pengelola sekolah karena PDK
menyangkut kinerja sekolah. Bila tersosialisasikan dengan baik, semua pihak
akan mendukung pelaksanaan PDK, sehingga data yang terkumpul diharapkan dapat
diolah secara cermat dan hasilnya mampu melakukan perbaikan kegiatan PBM.
·
Berlangsung sinambung: PDK disadari
sebagai bagian dari manajemen sekolah yang berlangsung secara berkesinambungan
dalam kerangka pengelolaan kegiatan PBM yang bermutu dan peningkatan mutu
sekolah.
·
Transparansi: Pengungkapan hasil PDK
dimungkinkan terjadi mekanisme cross-check bagi data yang dikumpulkan.
Trasnparasi dapat dicapai bilamana semua pihak merasa perlu mengenali diri
sendiri sebelum merencanakan kegiatan di masa datang.
3.
PENILAIAN
BERBASIS KELAS
Kemampuan guru melaksanakan penilaian
diri terhadap hasil mengajarnya dan kemampuan siswa menerima penilaian diri
terhadap hasil belajarnya sangat bergantung pada pemahaman dan keterampilan
menggunakan penilaian berbasis kelas (PBK). PBK didasarkan dua pertanyaan
fundamental, yaitu: (1) bagaimana siswa memperoleh hasil belajar lebih tinggi
dan (2) bagaimana guru mengajar lebih efektif
PBK adalah salah satu bentuk KBM yang
berfokus pada penilaian program KBM di kelas dengan melibatkan guru dan siswa.
Terdapat dua pendekatan yang digunakan dalam PBK: (1) pedekatan pertama adalah
bagaimana pengajaran dan pembelajaran di kelas; dan (2) pendekatan kedua adalah
bagaimana teknik penilaiannya. Pendekatan pengajaran dan pembelajaran adalah
suatu cara yang dikembangkan oleh guru tentang apa dan bagaimana guru mengajar
dan siswa belajar. Guru merencanakan kegiatan mengajar dan belajar secara
maksimal agar transformasi kemampuan dan keterampilan serta nilai-nilai dapat
diterima oleh siswa secara maksimal pula. Pendekatan penilaian adalah sejumlah
teknik penilaian yang dapat digunakan oleh guru untuk mendapatkan informasi
hasil belajar tentang sejauh mana kemampuan, keterampilan dan nilai pada diri
individu dan atau kelompok siswa telah tercapai. Misalnya, informasi hasil
belajar siswa menggunakan PBK dengan teknik portefolio, kinerja, projek,
produk, dan “paper and pencil”. Informasi hasil belajar tersebut dapat
digunakan sebagai umpan balik bagi guru dan siswa dalam memperbaiki KBM di
kelas.
TPK
perlu direncanakan dan disiapkan waktu oleh guru dan siswa sekitar lima sampai
sepuluh menit untuk melakukan TPK. Lebih kurang satu jam waktu di luar kelas
untuk melakukan penilaian dan keputusan dengan cepat apakah TPK yang digunakan
lebih tepat. Proses ini mulai dengan melibatkan tiga langkah kecil:
·
Langkah 1: Perencanaan
Seleksi
satu kelas dari beberapa kelas dimana guru melakukan penilaian kelas. Guru
menentukan pertemuan kelas dan seleksi TPK yang tepat.
·
Langlah 2. Penerapan
Guru
membuat yakin pada siswa apakah guru sedang melakukan TPK dan siswa secara
jelas memahami proses TPK. Guru mengoleksi jawaban dan menganalisis dengan
cepat apa response siswa.
·
Langkah 3: Tanggapan
Guru
menyediakan waktu menilai, dan memotivasi siswa untuk dilibatkan secara aktif
dalam pemberian umpan balik hasil. Guru mengetahui hasil belajar siswa karena
TPK, sehingga perbedaan informasi hasil belajar diantara siswa dapat
dimanfaatkan secara maksimal.
Ø Karakteristik
Penilaian Kelas
· Pusat
belajar. Penilaian kelas berfokus perhatian guru dan siswa pada pengamatan dan
perbaikan belajar, dari pada pengamatan dan perbaikan mengajar. Penilaian kelas
memberi informasi dan petunjuk bagi guru dan siswa dalam membuat pertimbangan
untuk memperbaiki hasil belajar.
· Partisipasi
aktif siswa. Karena difokuskan pada belajar, maka penilaian kelas memerlukan
partisipasi aktif siswa. Kerjasama dalam penilaian, siswa memperkuat penilaian
materi mata pelajaran dan skill dirinya. Guru memotivasi siswa agar meningkat
dengan tiga pertanyaan bagi guru: (1) apakah kemampuan dasar dan pengetahuan
saya sudah tepat untuk mengajar?; (2) bagaimana saya dapat menemukan bahwa
siswa sedang belajar?; (3) bagaimana saya dapat membantu siswa belajar lebih
baik? Karena guru bekerja lebih dekat dengan siswa untuk menjawab pertanyaan
ini, maka guru dapat memperbaiki skill mengajarnya.
· Formatif.
Tujuan penilaian kelas adalah untuk memperbaiki mutu belajar siswa. Penilaian
bukan hanya untuk memberi nilai atau skor (grading) siswa, tetapi juga untuk
mendapatkan informasi bagi perbaikan mutu belajar siswa.
· Kontekstual
spesifik. Pelaksanaan penilaian kelas adalah jawaban terhadap kebutuhan khusus
bagi guru dan siswa. Kebutuhan khusus berada dalam kontekstual guru dan siswa
yang harus bekerja dengan baik dalam kelas.
· Umpan
balik. Penilaian kelas adalah suatu alur proses umpan balik (feedback loop) di
kelas. Dengan sejumlah TPK, guru dan siswa dengan cepat dan mudah menggunakan
umpan balik dan melakukan saran perbaikan belajar berdasarkan hasil-hasil
penilaian. Untuk mengecek pemanfaatan saran tersebut, pimpinan sekolah
menggunakan hasil penilaian kelas, dan melanjutkan pengecekan alur umpan balik.
Karena pendekatan umpan balik ini dalam kegiatan di kelas setiap hari, maka
komunikasi alur hubungan antara pimpinan sekolah, guru dan siswa dalam KBM akan
menjadi lebih efisien dan lebih efektif.
· Berakar
dalam praktek mengajar yang baik. Penilaian kelas adalah suatu usaha untuk
membangun praktek mengajar yang lebih baik dengan melakukan umpan balik pada
pembelajaran siswa lebih sistimatik, lebih fleksibel, dan lebih efektif. Guru
siap menanyakan dan mereaksi pertanyaan siswa, memonitor bahasa badan dan
ekspresi wajah siswa, mengerjakan pekerjaan rumah dan tes siswa, dan
seterusnya. Penilaian kelas memberi suatu cara untuk melakukan penilaian secara
menyeluruh dan sistimatik dalam proses KBM di kelas.
Ø Teknik
Penilaian Kelas
Penerapan TPK dilakukan sesuai dengan
jenis dan bentuk penilaian yang digunakan di kelas. Ha-hal yang perlu
diperhatikan sebagai berikut:
· Guru
memahami lebih awal pembelajaran siswa dan guru mampu menerapkan pengajaran
yang tepat sehingga TPK dapat dilaksanakan;
· Guru
menjelaskan tujuan kegiatan pembelajaran siswa dan mampu menerapkannya sehingga
TPK dapat dilaksanakan;
· Guru
menentukan kompetensi siswa sehingga TPK digunakan berdasarkan kompetensi siswa
tersebut;
· Guru
memilih TPK yang tepat untuk memberikan umpan balik perbaikan pengajaran bagi
guru dan pembelajaran bagi siswa;
· Guru
memilih gaya pengajaran secara konsisten sehingga dapat diterapkan dengan mudah
dan jelas TPK;
· Guru
dan siswa mampu menggunakan informasi hasil belajar siswa secara maksimal
melalui TPK;
· Guru
dan siswa menelaah hasil TPK dan menentukan apakah terdapat perubahan;
· Siswa
perlu mengetahui TPK yang digunakan di kelas.
Ø Fungsi
Teknik Penilaian Kelas
Untuk
penggunaan di kelas/sekolah:
· Memberi
umpan balik pada program jangka pendek yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan
proses belajar dan oleh guru dalam kegiatan proses mengajar sehingga masih
memungkinkan untuk membuat koreksi hasil penilaian;
· Memberi
kegunaan hasil tentang pembelajaran siswa dengan keterlibatan siswa secara
maksimal dibandingkan dengan tujuan penilaian lain;
· Membantu
untuk mengarahkan laporan lebih bagus dan menaikkan efficacy pembelajaran dan
pengajaran;
· Mendorong
pengajaran sebagai proses penilaian formatif yang melibatkan banyak waktu untuk
melakukan umpan balik perbaikan hasil siswa.
Untuk
penggunaan siswa:
· Membantu
siswa untuk memonitor pembelajaran dirinya yang lebih baik;
· Menitik
beratkan pada kebutuhan perubahan kemampuan, keterampilan dan nilai;
· Memberi
bukti kongkrit pada guru dan siswa dalam menangani pengajaran dan pembelajaran.
Untuk
penggunaan orang tua siswa
· Membantu
orang tua siswa untuk mengetahui kelemahan dan ranking anaknya;
· Mendorong
orang tua siswa untuk melakukan bimbingan kepada anaknya;
· Melibatkan
orang tua siswa untuk melakukan diskusi dengan guru/sekolah dalam hal perbaikan
kelemahan siswa.
4.
STRATEGI
PENILAIAN DIRI
Teknik penilaian diri dapat digunakan
dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif,
afektif dan psikomotor.Sehubungan dengan penilaian diri siswa dalam kelas agar
dapat memberi manfaat bagi guru maupun siswa, dapat diidentifikasi 4 strategi
yang dapat digunakan yaitu:
1. Modeling
using exemplars
Strategi ini merupakan suatu teknik yang
sangat bermanfaat untuk membangun ketrampilan penilaian diri siswa. Teknik
tersebut meliputi penggunaan suatu contoh bagian pekerjaan untuk membantu siswa
menilai diri mereka sendiri, dan dapat dilakukan dengan beberapa tahap yang
berbeda sepanjang proses pembelajaran, yakni:
a. Menunjukan
pada siswa contoh bagian pekerjaan dan membandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
b.
Menggunakan model sebagai petunjuk untuk
mengembangkan, memperbaiki, dan memodifikasi pekerjaan siswa.
c. Menggunakan
model sebagai pembanding pekerjaan siswa.
2. Questioning
skills
Strategi ini merupakan bagian dari
proses untuk mendorong siswa terpikir pada semua tingkatan berpikir, mulai dari
pengetahuan dasar sampai evaluasi dan penilaian secara analisis
3. Grafhic
organizers
Strategi ini merupakan salah satu teknik
untuk membantu siswa menjadi mahir dan cakap dalam merefleksikan pekerjaan
mereka.
4. Reflection
as a process for closing the learning gap
Strategi ini merupakan suatu proses
untuk mengatasi kesenjangan belajar. Sedangkan keterampilan untuk mengatasi
kesenjangan belajar memerlukan pemahaman yang jelas tentang tujuan pembelajaran
dan kriteria sukses.
Menurut Paul Black dan Dylan Wiliam
(1998), ada hal-hal yang harus dilakukan guru untuk memberikan kesempatan
kepada siswa dalam melakukan penilaian diri. mereka menganjurkan kepada guru
untuk membagikan kriteria pada siswa dan tujuan belajar yang jelas (hasil
belajar/intensi)
5.
MANFAAT
PENILAIAN DIRI
Penilaian diri dapat memberikan beberapa
manfaat baik bagi siswa maupun bagi guru itu sendiri.
Keuntungan
bagi siswa yaitu:
·
Siswa menjadi bertanggung jawab terhadap
belajarnya sendiri
·
Siswa dapat menetapkan langkah – langkah
berikutnya dalam belajar.
·
Siswa merasa aman tentang sesuatu yang
tidak benar.
·
Meningkatkan harga diri siswa dan
menjadi sesuatu yang positif
·
Siswa terlibat secara aktif dalam proses
pembelajaran
·
Siswa menjadi lebih bebas dan
termotivasi.
Keuntungan
bagi guru yaitu:
·
Ada suatu pergesaran tanggung jawab dari
guru ke siswa
·
Pelajaran lebih efisisen jika para siswa
termotivasi dan mandiri
·
Umpan balik membantu guru
mengidentifikasi kemajuan siswa
·
Guru dapat mengidentifikasi langkah –
langkah berikutnya untuk suatu grup/ individu.
·
Terjadi persepsi antara siswa dan guru,
siswa menjelaskan strategimaka guru mengidentifikasi proses berfikir
·
Pelajaran lebih efisien membolehkan
tantangan lebih besar
B. REFLEKSI DIRI
Refleksi diri adalah kemampuan manusia untuk melakukan introspeksi dan kemauan untuk belajar lebih dalam mengenai sifat dasar manusia, tujuan dan esensi hidup.Refleksi diri meliputi proses pengujian, pengolahan terhadap nilai-nilai, keyakinan pribadi, dan pengalaman (Morin, 2002).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anantasari (2010), ada beberapa manfaat yang bias diperoleh dari refleksi diri yaitu lebih dapat mengenali dan memahami diri sendiri baik dari segi karakter maupun kecenderungan perilaku, mendapatkan pemahaman baru tentang suatuhal/peristiwa dari kacamata pandang negative menjadi positif, mampu menemukan hambatan-hambatan pribadi yang selama ini tidak disadari, dapat menarik hikmah atau mendapatkan pembelajaran kehidupan, mendapatkan motivasi untuk mencoba sesuatu yang lebih baik dan dapat memunculkan ide atau insight, serta mengingatkan diri pada Pencipta.
Dalam pembahasan refleksi proses dan asesmen dapat ada
4 point utama, yaitu kriteria keberhasilan proses dan hasil belajar, evaluasi
diri terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan, faktor penyebab
kegagalan dan pendukung keberhasilan dalam pembelajaran, dan upaya optimalisasi
proses dan hasil belajar.
1.
KRITERIA
KEBERHASILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR
Secara
umum asesmen dapat diartikan sebagai proses untuk mendapatkan informasi dalam
bentuk apapun yang dapat digunkan untuk dasar pengambilan keputusan tentang
siswa yang menyangkut kurikulum, program pembelajaran, dan kebijakan –
kebijakan sekolah. Dalam pelaksanaan pembelajaran, Guru perlu melakukan asesmen
untuk mengetahui keberhasilan belajar siswa, baik selama maupun setelah siswa
mengikuti pembelajaran.
Pengertian
keberhasilan proses belajar adalah keberhasilan siswa selama mengikuti proses
pembelajaran. Selama proses pembelajaran berlangsung, Guru dapat mengetahui
siswa yang aktif, siswa yang bekerjasama dengan temannya, dan siswa yang
memiliki keberanian untuk menyampaikan pendapat. Keberhasilan proses belajar
siswa ditunjukkan oleh kinerja siswa selama mengikuti pembelajaran. Untuk
mengetahui informasi mengenai keberhasilan proses keberhasilan siswa dapat
menggunakan cara, misalnya mengamati keakifan siswa dalam bekerjasama atau wawancara
tentang kesuitan – kesulitan yang dihadapi siswa selama mengikuti pembelajaran.
Disamping
proses belajar, keberhasilan siswa dapat dilihat dari hasil belajarnya. Setelah
proses pembelajaran berlangsung Guru dapat mengetahui apakah siswa telah
memahami konsep tertentu, apakah siswa dapat melakukan sesuatu, apakah siswa
memiliki keterampilan tertentu. Hasil belajar siswa dapat diklasifikasikan
dalam tiga ranah (domain), yaitu (1) domain kognitif ; (2) domain afekif; (3) domain psikomotor. Tingkat keberhasilan
seperti sangat kurang, kurang, cukup, baik, sangat baik, adalah contoh
tingkatan yang dapat digunakan untuk menilai hasil kinerja siswa.
Kompetensi,
Indikator dan Kriteria Penelitian
|
Tentukan
bentuk dan jumlah bukti /
informasi
yang harus
|
Melalui kombinasi cara berikut:
|
Bukti
kinerja dari:
·
Pengamatan di tempat kegiatan
·
Kumpulan contoh hasil
·
Simulasi
|
Bukti informasi dari hasil belajar
sebelumnya
|
Bukti
tambahan dari:
·
Pertanyaan lisan
·
Tulisan terbuka
·
Pilihan ganda
|
Keberhasilan
|
proses
|
Keberhasilan siswa selama mengikuti
proses pembelajaran
|
hasil
|
Keberhasilan siswa selama mengikuti
pembelajaran
|
Menetapkan penilaian yang digunakan
|
Menetapakan tingkat keberhasilan
(proses dan hasil)
|
Menetapkan criteria keberhasilan
siswa
|
Langkah-
langkah anaisis keberhasilan siswa
Berdasarkan tingkat keberhasilan
(proses dan hasil) yang dibuat beserta kriterianya, dapat menetapkan ditingkat
mana siswa berada. Misalnya,
Tingkat “sangat kurang” jika skor
hasil tes siswa < 20
Tingkat “kurang” jika skor hasil
tes siswa < 40
Tingkat “cukup” jika skor hasil tes
siswa < 60
Tingkat “baik” jika skor hasil tes
siswa < 80
Tingkat “sangat baik” jika skor
hasil tes siswa > 80
2.
EVALUASI
DIRI TERHADAP PROSES PEMBELAJARAN YANG TELAH DILAKUKAN
Evaluasi
diri adalah aktifitas menilai diri sendiri keberhasilan proses pengajaran yang
dilakukan. Sebagai Guru, melakukan evaluasi diri merupakan akivitas yang
penting karena ingin memperbaiki kualitas pengajaran dan tidak terlalu
mengharapkan pada orang lain untuk mengamati proses pengajaran yang dilakukan.
Hasil evaluasi diri digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya dalam upaya
untuk menghasilkan perbaikan – perbaikan.
Dalam
melakukan evaluasi diri prinsip yang hendaknya digunakan adalah kejujuran,
kecermatan, dan kesungguhan. Evaluasi diri terhadap proses pembelajaran dapat
mengetahui sesegera mungkin kelemahan – kelemahan yang dilakukan dalam
melaksanakan pembelajaran yang merupakan kebutuhan setiap Guru dan sebaiknya
menjadi tradisi untuk memperbaiki diri. Melatih diri untuk menilai sendiri
hasil kerja merupakan upaya yang sangat bijaksana untuk memperoleh perbaikan
dari waktu ke waktu.
Penyimpulan
|
Penjelasan
|
Pemaknaan
|
Analisis
|
Dalam menilai
keberhasilan belajar, membutuhkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam menentukan berhasil atau tidaknya pengajaran. Informasi
dimaksud dapat berupa hasil penilaian terhadap proses belajar siswa, hasil
belajar siswa, hasil angket yang diberikan kepada siswa, atau hasil wawancara
dengan siswa. Informasi berupa hasil pengukuran tersebut selanjutnya perlu
dianalisis. Proses analisis dimulai dari menilai hasil – hasil pengukuran
kemudian ditetapkan tingkat keberhasilan dari masing – masing aspek penilaian,
menentukan kriteria keberhasilan, dan menetapkan berhasil atau tidaknya aspek –
aspek yang dinilai tersebut.
Proses selanjutnya
adalah memberi makna atas analisis yang dilakukan. Makna dapat diperoleh dari
kegagalan proses dan hasil belajar siswa. Langkah selanjutnya adalah memberi
penjelasan mengapa kegagalan tersebut bisa terjadi. Dari penjelasan tersebut
Guru dapat memberikan kesimpulan – kesimpulan yang masuk akal. Kesimpulan dapat
dikemukakan dalam bentuk identifikasi faktor - faktor penyebab kegagalan dan
pendukung keberhasilan.
Misalkan
Guru ingin melakukan evaluasi diri pada pembelajaran yang telah dilakukan.
Dalam evaluasi diri disamping mendasarkan diri pada hasil belajar siswa, juga
perlu melengkapinya dengan respon siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka
ikuti. Pada contoh berikut disajikan cara melakukan evaluasi diri berdasarkan
hasil belajar siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran yang mereka ikuti:
No
|
Nama Siswa
|
Keaktifan
|
Hasil Penilaian
|
Tes Formatif
|
Tugas dan praktek
|
Hasil Penilaian
|
1
|
Sinta
|
35
|
Sangat aktif
|
90
|
90
|
baik
|
2
|
Mira
|
30
|
Akif
|
75
|
80
|
baik
|
3
|
Ridwan
|
15
|
Kurang aktif
|
40
|
60
|
K. Aktif
|
Rata Skor
|
26,6
|
Cukup aktif
|
68,3
|
76,6
|
Kurang baik
|
Dari hasil penilaian,
dapat diketahui bahwa rata – rata keaktifan siswa cukup baik. Hasil belajar
siswa dari skor tes formatif kurang baik dan hasil belajar dari tugas dan praktek
cukup baik. Secara umum hasil belajar masing – masing siswa baik. Dari hasil
belajar penilaian itu pila, dapat memberikan berbagai makna yang masuk akal.
Dapat dimaknai bahwa walaupun keaktifan siswa sudah cukup baik namun hasil
belajar masih belum baik. Untuk mendapatkan gambaran yang baik tentang kinerja
pembelajaran yang dilakukan, dapat memperoleh informasi hasil belajar siswa dan
respon siswa terhadap pembelajaran yang telah mereka ikuti. Contoh hasil rekapitulasi respon siswa :
Guru dapat meminta siswa untuk merespon
tentang
·
Sulit / tidaknya memahami perangkat
pembelajaran yang ada dan penjelasan Guru
·
Senang / tidaknya selama mengikuti
pembelajaran
·
Termotivasi / tidaknya siswa selama
mengikuti pembelajaran
Angket respon siswa
dapat disusun sehingga bersifat setengah terbuka, artinya selain memberikan
jawaban ya atau tidak, siswa dapat memberikan penjelasan alasannya. Misalnya
akan memberikan angket yang berisi 10 butir pertanyaan. Guru meminta siswa
untuk memberikan respon mereka terhadap berbagai aspek pembelajaran yang diukur
melalui 10 pertanyaan tersebut. Misalkan hasil rekapitulasi respon siswa adalah
sebagai berikut:
Nomor
Butir
|
Jenis
respon
|
|||||
Positif
|
Netral/tak
menjawab
|
Negatif
|
||||
F
|
%
|
F
|
%
|
F
|
%
|
|
1
|
23
|
76
|
1
|
4
|
6
|
20
|
2
|
10
|
34
|
-
|
-
|
20
|
66
|
3
|
24
|
80
|
-
|
-
|
6
|
20
|
4
|
21
|
70
|
-
|
-
|
9
|
30
|
5
|
16
|
53
|
-
|
-
|
14
|
47
|
6
|
12
|
40
|
-
|
-
|
18
|
60
|
7
|
21
|
70
|
-
|
-
|
9
|
30
|
8
|
28
|
93
|
-
|
-
|
2
|
7
|
9
|
20
|
76
|
-
|
-
|
10
|
34
|
10
|
26
|
86
|
-
|
-
|
4
|
14
|
Rata
– rata
|
21,26
|
60
|
0,14
|
1
|
8,60
|
39
|
Dari
table diatas, dapat diketahui bahwa rata – rata persentase respon positif siswa
sebesar 60%. Sementara itu 30% yang merespon kurang baik pada pembelajaran yang
telah dilakukan. Secara umum pembelajaran yang dilakukan masih belum berhasil.
Hal ini terlihat dari rata – rata hasil belajar yang kurang baik dan respon
negatif siswa yang tinggi. Pada aspek yang sudah baik, perlu dipertahankan
sedangkan pada aspek yang belum baik perlu dicari penyebabnya dan dilakukan
upaya untuk memperbaikinya. Secara umum, ada korelasi positif antara hasil
belajar proses dan hasil belajar produk. Karena itu, dengan meningkatkan
kualitas kinerja siswa diharapkan akan meningkatkan pula hasil belajar siswa.
3.
FAKTOR
PENYEBAB KEGAGALAN DAN PENDUKUNG KEBERHASILAN DALAM PEMBELAJARAN
Memperbaiki
kualitas pembelajaran akan sulit dilakukan tanpa dapat diketahui penyebab
kegagalan itu sendiri. Berdasarkan factor – faktor penyebab kegagalan yang
berhasil diidentifikasi, Guru dapat merencanakan upaya perbaikan (remidi).
Identifikasi factor – factor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
dapat dilakukan sendiri melalui evaluasi diri, tetapi akan lebih teliti dan
tajam apabila dikerjakan secara bersama
dengan Guru lain yang mengajar bidang study yang serumpun. Proses identifikasi
penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan diri sendiri memiliki berbagai
keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud adalah:
·
Kurang cermat dalam menganalisa hasil
penilaian
·
Kurang tepat memaknai dan menjelaskan
hasil – hasil peniaian itu
Oleh karena itu, kehadiran orag lain
yang paham tentang pembelajaran akan sangat membantu dalam proses identifikasi
factor – factor penyebab kegagalan dan factor pendukung keberhasilan tersebut.
Kita memerlukan Guru lain untuk mencermati proses pembelaaran yang dilakukan,
mendiskusikannnya, menemukan makna dan menjelaskannya. Misalkan ingin
mengidentifikasi factor – factor penyebab penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan bedasarkan informasi yangdiperoleh dari:
·
Hasil belajar siswa (proses dan hasil)
·
Respon siswa
·
Hasil pengamatan terhadap terlaksananya
pembelajaran
Contoh
hasil Observasi Pelaksanaan pembelajaran:
Komponen
Pengamatan
|
Hasil
Pengamatan
|
||
Kurang
|
Cukup
|
Baik
|
|
1.
Penyampaian
tujuan pembelajaran
|
X
|
||
2.
Pemberian
motovasi belajar
|
X
|
||
3.
Penyampaian
materi
|
X
|
||
4.
Pengorganisasian
siswa dalam kelompok
|
X
|
||
5.
Penciptaan
suasana belajar
|
X
|
||
6.
Pemberian
bimbingan belajar
|
X
|
||
7.
Respon erhadap
pertanyaan siswa
|
X
|
||
8.
Evaluasi
pemahaman materi
|
X
|
4.
UPAYA
OPTIMALISASI PROSES DAN HASIL BELAJAR
Sebagai
Guru, senantiasa berupaya agar siswa mencapai keberhasilan belajar sesuai yang
diharapkan. Dengan melakukan evaluasi secara cermat oleh diri sendiri akan
diketahui apakah proses belajar siswa sudah optimal atau belum. Dari evaluasi
diri akan dapat diidentifikasi factor penyebab kegagalan dan pendukung
keberhasilan. Upaya – upaya opimalisasi dapat dilakukan berdasarkan diri pada
hasil identifikasi factor prnyebab dan pendukung keberhasilan yang ditemukan.
Dari factor – factor tersebut akan ditindak lanjuti dengan upaya – upaya
mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa.
Upaya
mengoptimalkan proses dan hasil belajar siswa tidak dapat dilepaskan dari upaya
mengoptimalkan proses pembelajaran. Proses belajar yang optimal akan
mengakibatkan hasil belajar yang optimal pula. Optimalisasi proses dan hasil
mengacu pada berbagai upaya agar proses belajar dapat berlangsung dengan baik sehingga
siswa dapat mencapai hasil belajar sesuai yang diharapkan. Para siswa dapat
belajar dengan penuh semangat, aktif dalam belajar, berani mengemukakan
pendapat, mampu dan antusias dalam mengikuti pelajaran adalah beberapa indikasi
dari proses belajar yang optimal.
Dalam
praktek, betapapun baik kualitas pembelajaran yang dilakukan selalu saja ada
aspek - aspek yang masih belum sesuai harapan. Biasanya, masih ada saja yang
belajarnya masih belum tuntas. Oleh karena itu, optimalisasi proses dan hasil
belajar diarahkan agar seluruh siswa dapat mencapai keberhasilan. Dengan kata
lain, optimalisasi proses dan hasil belajar bertujuan untuk meminimalkan atau
meniadakan siswa yang tidak berhasil, baik proses dan hasilnya.
No
|
Faktor Penyebab Kegagalan
|
Alternatif optimalisasi proses dan
hasil
|
1
|
Kualitas LKS rendah
|
a) Memperbaiki
soal – soal yang sulit dipelajari siswa
b) Menyederhanakan
soal
|
2
|
Media pembelajaran yang digunakan
tidak memadai
|
a) Menyiapkan
media yang diperlukan
b) Mengganti
dengan media yang releva
c) Membuat
media sendiri
|
3
|
Pengelolaan kelas kurang baik
|
a) Memberikan
arahan agar menjaga ketenangan dalam kelas
b) Membuat
kesepakatan dengan siswa
|
Setelah
faktor – faktor penyebab kegagalan dan pendukung keberhasilan
diidentifikasikan, maka kegiatan selanjutnya adalah mengidentifikasikan upaya –
upaya apa saja yang mengoptimalkan proses dan hasil belajar. Kegiatan tindak
lanjut dimulai dengan merancang dan mengajukan berbagai solusi alternatif
berdasarkan faktor – faktor penyebab kegagalan an pendukung keberhasilan. Semua
alternative solusi yang diajukan haruslah mengarah pada upaya menghilangkan
penyebab kegagalan dan menguatkan pendukung keberhasilan belajar siswa. Upaya
menghilangkan kegagalan dapat berupa perbaikan atas kegagalan yang telah
dilakukan.
Dalam
praktek ditemukan beberapa faktor penyebab kegagalan proses dan hasil belajar.
Penyebabnya mungkin berasal dari strategi pembelajaran yang digunakan,
perangkat pembelajaran, media, struktur tugas. Berikut contoh identifikasi
optimalisasi proses dan hasil belajar:
Dengan
mengajukanberbagai alternatif upaya opimalisasi proses dan hasil belajar
melalui masing – masing faktor penyebab kegagalan akan membantu dalam memilih
mana yang akan dipilih. Kesiapan siswa dan guru, kondisi lingkungan,
ketersediaan media adalah beberapa aspek yang perlu dianggap optimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar