KETERAMPILAN BERFIKIR TIGKAT TINGGI (Higher Order Thinking Skill) DALAM
PEMBELAJARAN KIMIA
Berpikir
Tingkat Tinggi terjadi ketika seseorang mengambil informasi baru dan informasi
yang tersimpan dalam memori dan saling terhubungkan atau menata kembali dan
memperluas informasi ini untuk mencapai tujuan atau menemukan jawaban
yang mungkin dalam situasi membingungkan.
Membahas
tentang “Berpikir Tingkat Tinggi”, mengingatkan kita kepada Taksonomi Bloom,
terdapat tiga aspek dalam ranah kognitif yang menjadi bagian dari kemampuan
berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking. Ketiga aspek itu adalah
aspek analisa, aspek evaluasi dan aspek mencipta. Sedang tiga aspek lain
dalam ranah yang sama, yaitu aspek mengingat, aspek memahami, dan aspek
aplikasi, masuk dalam bagian intilektual berpikir tingkat rendah atau lower-order
thinking. Membahas tentang berpikir tingkat tinggi, kita bahas dulu tentang
Ketrampilan berfikir.
Keterampilan
berpikir dapat didefinisikan sebagai proses
kognitif yang dipecah-pecah ke dalam langkah-langkah nyata yang kemudian
digunakan sebagai pedoman berpikir. Satu contoh keterampilan berpikir adalah
menarik kesimpulan (inferring), yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menghubungkan berbagai petunjuk (clue) dan fakta atau informasi dengan
pengetahuan yang telah dimiliki untuk membuat suatu prediksi hasil akhir yang
terumuskan. Untuk mengajarkan
keterampilan berpikir menarik kesimpulan tersebut, pertama-tama proses kognitif
inferring harus dipecah ke dalam langkah-langkah sebagai berikut: (a)
mengidentifikasi pertanyaan atau fokus kesimpulan yang akan dibuat, (b)
mengidentifikasi fakta yang diketahui, (c) mengidentifikasi pengetahuan yang
relevan yang telah diketahui sebelumnya, dan (d) membuat perumusan prediksi
hasil akhir.
Terdapat
tiga istilah yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, yang sebenarnya cukup
berbeda; yaitu berpikir tingkat tinggi (higher order thinking), berpikir
kompleks (complex thinking), dan berpikir kritis (critical thinking).
Berpikir tingkat tinggi adalah
operasi kognitif yang banyak dibutuhkan pada proses-proses berpikir yang
terjadi dalam short-term memory.
Berpikir
kompleks Berpikir kritis merupakan salah satu jenis berpikir yang konvergen,
yaitu menuju ke satu titik.
Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir
kreatif, yaitu jenis berpikir divergen, yang bersifat menyebar dari suatu
titik. adalah proses kognitif yang melibatkan banyak tahapan atau
bagian-bagian.
Kemampuan
berpikir merupakan proses keterampilan yang bisa dilatihkan, Artinya dengan
menciptakan suasana pembelajaran yang kondunsif akan merangsang siswa
untuk meningkatkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu maka guru diharapkan
untuk mencari metode dan strategi pembelajaran yang dampaknya dapat menigkatkan
kemampuan berpikir siswa.
HOTS “Higher Order Thinking Skill” atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi dibagi
menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir
kritis dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985).
Dalam pembentukan sistem konseptual
IPA proses berpikir tingkat tinggi yang biasa digunakan adalah
berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis sangat diperlukan pada zaman
perkembangan IPTEK sekarang ini, sebab saat ini selain hasil-hasil IPTEK yang
dapat dinikmati, ternyata timbul beberapa dampak yang membuat masalah bagi
manusia dan lingkungannya. Para peneliti pendidikan menjelaskan bahwa
belajar berpikir kritis tidak langsung seperti belajar tentang materi,
tetapi belajar bagaimana cara mengkaitkan berpikir kritis secara efektif dalam
dirinya (Beyer dalam Costa,1985). Maksudnya masing-masing keterampilan berpikir
kritis dalam penggunaanya untuk memecahkan masalah saling berkaitan satu
sama lain.
Indikator
keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi lima kelompok (Ennis dalam Costa,
1985) yaitu ;
- memberikan penjelasan sederhana,
- membangun keterampilan dasar,
- menyimpulkan,
- membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik.
Keterampilan pada
kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi sebagai berikut:
- Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari keterampilan memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan.
- Membangun keteranpilan dasar terdiri dari menyesuaikan dengan sumber, mengamati dan melaporkan hasil observasi.
- Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan kesimpulan, melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
- Membuat penjelasan lanjut contohnya mengartikan istilah dan membuat definisi.
- Mengatur strategi dan taktik contohnya menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi.
Keterampilan
berpikir siswa dapat dilatihkan melalui kegiatan dimana siswa diberikan suatu
masalah dalam hal ini masalah berbentuk soal tes yang bervariasi.
Ada
berbagai konsep dan contoh keterampilan berpikir yang dikembangkan
oleh para akhli pendidikan.
2. Bagaimana
melatih siswa memiliki ketrampilan
berfikir tingkat tinggi (HOTS)
Di
Indonesia, proses pembelajaran yang melatih siswa berpikir tingkat tinggi
memiliki beberapa kendala. Salah satunya adalah terlalu dominannya peran guru
di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu (teacher center) belum
student center; dan fokus pendidikan di sekolah lebih pada yang bersifat
menghafal/pengetahuan faktual. Siswa hanya dianggap sebagai sebuah wadah yang
akan diisi dengan ilmu oleh guru. Kendala lain yang sebenarnya sudah cukup
klasik namun memang sulit dipecahkan, adalah sistem penilaian prestasi siswa
yang lebih banyak didasarkan melalui tes-tes yang sifatnya menguji kemampuan
kognitif tingkat rendah. Siswa yang dicap sebagai siswa yang pintar atau sukses
adalah siswa yang lulus ujian. Ini merupakan masalah lama yang sampai sekarang
masih merupakan polemik yang cukup seru bagi dunia pendidikan di Indonesia.
Diperlukan
Higher Order Questions (rich questions),
pertanyaan yang meminta siswa untuk menyimpulkan, hypothesise, menganalisis,
menerapkan, mensintesis, mengevaluasi, membandingkan, kontras atau
membayangkan, menunjukkan jawaban tingkat tinggi.
Untuk
menjawab Higher Order Questions (rich questions) diperlukan penalaran
tingkat tinggi yaitu cara berpikir logis yang tinggi, berpikir logis yang
tinggi sangat diperlukan siswa dalam proses pembelajaran di kelas khususnya
dalam menjawab pertanyaan, karena siswa perlu menggunakan pengetahuan,
pemahaman, dan keterampilan yang dimilikinya dan menghubungkannya ke dalam
situasi baru.
Soal-soal ulangan yang dibuat oleh
guru perlu memperhatikan beberapa hal:
- Soal hendaknya menggunakan stimulus, stimulus yang baik hendaknya menyajikan informasi yang jelas, padat, mengandung konsep/gagasan inti permasalahan, dan benar secara fakta.
- Soal yang dikembangkan harus sesuai dengan kondisi pembelajaran yang dilaksanakan di dalam kelas maupun di luar kelas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari
- Soal mengukur keterampilan berpikir kritis
- Soal mengukur keterampilan pemecahan masalah
Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan yang sudah mulai diterapkan di Indonesia sebenarnya
cukup kondusif bagi pengembangan pembelajaran keterampilan berpikir, karena
mensyaratkan siswa sebagai pusat belajar. Namun demikian, bentuk penilaian yang
dilakukan terhadap kinerja siswa masih cenderung mengikuti pola lama, yaitu
model soal-soal pilihan ganda yang lebih banyak memerlukan kemampuan siswa
untuk menghafal. Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam penbelajaran
keterampilan berpikir di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:
- keterampilan berpikir tidak otomatis dimiliki siswa
- keterampilan berpikir bukan merupakan hasil langsung dari pembelajaran suatu bidang studi
- Pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing
- Pembelajaran keterampilan berpikir memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered).
Selain
beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam melatih
keterampilan berpikir adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti
halnya keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir siswa perlu
mengulang untuk melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi
bagian dari cara berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak
pada efisiensi dan otomatisasi keterampilan berpikir yang telah dimiliki siswa.
Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu menambahkan keterampilan
berpikir yang baru dan mengaplikasikannya dalam pelajaran lain sehingga jumlah
atau macam keterampilan berpikir siswa bertambah banyak.
Hasil
penelitian Computer Tchnology Research (CTR) menunjukkan bahwa seseorang
hanya dapat mengingat apa yang dilihatnya sebesar 20%, 30% dari yang
didengarnya, 50% dari yang didengar dan dilihatnya, dan 80% dari yang didengar,
dilihat dan dikerjakannya secara simultan. Selain itu Levie dan Levie dalam
Azhar Arzad (2009: 9) yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang
belajar melalui stimulus gambar dan stimulus kata atau visual dan verbal
menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik
untuk tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan
menghubung-hubungkan fakta dan konsep. Sedangkan stimulus verbal memberikan
hasil belajar yang lebih baik apabila pembelajaran itu melibatkan ingatan yang
berurut-urutan (sekuensial).
Dalam
dunia pendidikan ada 3 model seorang siswa dalam menerima suatu pelajaran;
1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )
1. I hear and i forget ( Saya mendengar dan saya akan lupa )
2. I see and i remember ( Saya meihat dan saya akan ingat )
3. I do and i understand ( Saya melakukan dan saya akan mengerti )
Jika
pengajaran keterampilan berpikir kepada siswa belum sampai pada tahap siswa
dapat mengerti dan belajar menggunakannya, maka keterampilan berpikir tidak
akan banyak bermanfaat.
Pembelajaran yang efektif dari suatu
keterampilan memiliki empat komponen, yaitu: identifikasi komponen-komponen
prosedural, instruksi dan pemodelan langsung, latihan terbimbing, dan latihan
bebas.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran keterampilan berpikir adalah
bahwa keterampilan tersebut harus dilakukan melalui latihan yang sesuai dengan
tahap perkembangan kognitif anak.
Tahapan tersebut adalah:
1. Identifikasi komponen-komponen
prosedural
Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang diperlukan dalam keterampilan tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan berpikir, siswa diperkenalkan pada kerangka berpikir yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.
Siswa diperkenalkan pada keterampilan dan langkah-langkah khusus yang diperlukan dalam keterampilan tersebut. Ketika mengajarkan keterampilan berpikir, siswa diperkenalkan pada kerangka berpikir yang digunakan untuk menuntun pemikiran siswa.
2. Instruksi dan pemodelan langsung
Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang kapan keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini dimaksudkan supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang sedang dipelajari, sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
Selanjutnya, guru memberikan instruksi dan pemodelan secara eksplisit, misalnya tentang kapan keterampilan tersebut dapat digunakan. Instruksi dan pemodelan ini dimaksudkan supaya siswa memiliki gambaran singkat tentang keterampilan yang sedang dipelajari, sehingga instruksi dan pemodelan ini harus relatif ringkas.
3. Latihan terbimbing
Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga. Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
Latihan terbimbing seringkali dianggap sebagai instruksi bertingkat seperti sebuah tangga. Tujuan dari latihan terbimbing adalah memberikan bantuan kepada anak agar nantinya bisa menggunakan keterampilan tersebut secara mandiri. Dalam tahapan ini guru memegang kendali atas kelas dan melakukan pengulangan-pengulangan.
4. Latihan bebas
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih keterampilannya secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau aktivitas ini 95% – 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang, melainkan sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.
Guru mendesain aktivitas sedemikian rupa sehingga siswa dapat melatih keterampilannya secara mandiri, misalnya berupa pekerjaan rumah. Jika ketiga langkah pertama telah diajarkan secara efektif, maka diharapkan siswa akan mampu menyelesaikan tugas atau aktivitas ini 95% – 100%. Latihan mandiri tidak berarti sesuatu yang menantang, melainkan sesuatu yang dapat melatih keterampilan yang telah diajarkan.
Ada 3 tipe seorang guru dalam
mengajar;
1. Guru biasa, yaitu yang selalu
menjelaskan
2. Guru baik, yaitu yang mampu
mendemonstrasikan dan
3. Guru hebat, adalah guru yang
mampu menginspirasikan, yakni guru yang mampu membawa siswanya untuk berpikir
tingkat tinggi.
Pelajaran
yang diajarkan dengan cara mengajak siswa untuk berfikir tingkat tinggi akan
lebih cepat dimengerti oleh siswa. Jadi untuk keberhasilan penguasaan suatu
materi pelajaran atau yang lain, usahakan dalam proses belajarnya selalu
menggunakan cara-cara yang membuat siswa untuk selalu berpikir tingkat tinggi.
3. Contoh
Menyusun Pertanyaan Ketrampilan Tingkat Tinggi
Keterampilan
berpikir yang dikembangkan dan bentuk pertanyaannya menurut Linn dan
Gronlund adalah seperti tertera pada tabel di bawah ini
Tabel
Keterampilan Berpikir dan Bentuk Pertanyaannya (Khusus Bidang studi Kimia)
No
|
Keterampilan Berpikir
|
Bentuk Pertanyaan
|
||||||||||||||||||||||||||||||
1
|
Membandingkan
|
-
Apa persamaan dan perbedaan antara Alkohol
dan Eter
-
Bandingkan dua cara berikut tentang Pembuatan
Koloid (cara disperse dan cara kondensasi)
|
||||||||||||||||||||||||||||||
2
|
Hubungan
sebab-akibat
|
-
Apa penyebab utama terjadinya elektrolisis
-
Apa akibatnya jika Posisi logam yang melapisi
logam lain posisinya terbalik (Pada proses penyepuhan)
|
||||||||||||||||||||||||||||||
3
|
Memberi
alasan (justifying)
|
- Mengapa Alkohol tersier tidak dapat dioksidasi?
Jelaskan
|
||||||||||||||||||||||||||||||
4
|
Meringkas
|
-
Ringkaslah dengan tepat isi
Pencemaran Air, Tanah dan Udara
|
||||||||||||||||||||||||||||||
5
|
Menyimpulkan
|
- Susunlah
beberapa kesimpulan yang berasal dari data (data uji larutan asam basa dengan kertas lakmus).contoh :
Buatlah kesimpulan tentang ketiga larutan
tersebut!
|
||||||||||||||||||||||||||||||
6
|
Berpendapat
(inferring)
|
-
Berdasarkan data berikut :
Dari data
diatas yang termasuk larutan penyangga adalah……Jelaskan pendapatmu!
|
||||||||||||||||||||||||||||||
7
|
Mengelompokkan
|
- Kelompokkan Larutan Berikut Berdasarkan daya
hantar listriknya:
|
||||||||||||||||||||||||||||||
8
|
Menciptakan
|
-
Tuliskan beberapa cara sesuai dengan ide Anda tentang Alat Uji elektrolit !
|
||||||||||||||||||||||||||||||
9
|
Menerapkan
|
-
Selesaikan persamaan reaksi redoks berikut :
MnO4- + C2O42-
+ OH- MnO2 + CO32-
+ H2O
. |
||||||||||||||||||||||||||||||
10
|
Analisis
|
- Berikut ini hasil titrasi 25 ml asam cuka (CH3COOH)
Dengan Natrium Hidroksida (NaOH) 0,1M
menggunakan indicator PP :
Berdasarkan datatersebut konsentrasi CH3COOH
Adalah….
|
||||||||||||||||||||||||||||||
11
|
Sintesis
|
-
Tuliskan satu rencana untuk pembuktian Laju reaksi dipengaruhi oleh suhu,luas permukaan dan konsentarsi!
|
||||||||||||||||||||||||||||||
12
|
Evaluasi
|
-
Apakah kelebihan dan kelemahan Model atom
Bohr!
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar